![]() |
Impetigo Krustosa |
- DEFINISI
Impetigo adalah pioderma superfisial (terbatas pada epidermis). Pioderma adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus, Streptococcus, atau oleh kedua-duanya (Djuanda, 2007).
- KLASIFIKASI
Menurut Safitri (2005) dan Djuanda (2007), secara klinis impetigo terdiri atas 2 bentuk, yaitu :
1. Impetigo bulosa.
2. Impetigo nonbulosa (krustosa).
- ETIOLOGI
![]() |
Impetigo Bulosa |
Amini dkk (2011) dan Lewis dkk (2010) menyatakan bahwa impetigo bulosa disebabkan oleh Staphylococcus aureus (yang paling sering tipe 71), sedangkan impetigo nonbulosa disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan Group A β-hemolyticus Streptococci (GABHS) tipe 49, 52, 53, 55-57, 59, dan 61.
- EPIDEMIOLOGI
Di Amerika Serikat, impetigo berkontribusi terdahap 10% penyakit kulit pada anak-anak. Secara internasional, insidensi impetigo sekitar 2,8% pada anak-anak usia < 4 tahun dan 1,69% pada anak-anak usia 5-15 tahun. Impetigo dapat menyerang semua umur. Anak usia < 6 tahun memiliki insidensi lebih tinggi dibandingkan orang dewasa (Amini dkk, 2011).
- MANIFESTASI KLINIS
1. Impetigo Bulosa
Manifestasi klinis impetigo bulosa sebagai berikut (Lewis dkk, 2010) :
a. Bula dengan atap tipis dan mudah pecah.
b. Predileksi biasanya di muka, badan, ekstremitas, bokong, dan perineal.
c. Eritema minimal atau tidak ada sama sekali.
d. Tidak ditemukan pembesaran kelenjar limfe regional.
2. Impetigo Nonbulosa
Manifestasi klinis impetigo nonbulosa sebagai berikut (Lewis dkk, 2010) :
a. Lesi dimulai dengan vesikel atau pustula kecil, bila pecah akan terbentuk krusta berwarna kuning, biasanya diameter < 2 cm.
b. Rash didaerah terbuka seperti muka dan ekstremitas.
c. Cepat menyebar.
d. Lesi biasanya asimptomatik, terkadang pruritus.
e. Eritema atau edema sedikit atau tidak ada sama sekali.
f. Ditemukan pembesaran kelenjar limfe regional.
- DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Berdasarkan anamnesis dapat digali keluhan dan riwayat penyakit. Berdasarkan pemeriksaan fisik yang paling mudah membedakan impetigo bulosa dan impetigo nonbulosa adalah bila impetigo bulosa biasanya lesi berupa bula, sedangkan impetigo nonbulosa lesi berupa vesikel atau pustule dan biasanya lesi sudah pecah membentuk krusta berwarna kuning. Berdasarkan pemeriksaan penunjang dapat dilakukan pemeriksaan darah rutin (biasanya terjadi lekositosis) dan kultur jaringan (Lewis dkk, 2010).
- PENATALAKSANAAN
Menurut Amini dkk (2011) dan Lewis dkk (2010), penatalaksanaan impetigo adalah sebagai berikut :
1. Perawatan lesi : membersihkan lesi, menyingkirkan krusta yang sudah terbentuk, mengompres lesi dan sekitarnya.
2. Pemberian antibiotik topikal : antibiotik yang direkomendasikan adalah mupirosin dan retapamulin. Antibiotik lainnya yang dapat digunakan adalah klindamisin, gentamisin, hidrogen peroksida 1%, dan tetrasiklin.
3. Pemberian antibiotik sistemik : antibiotik yang direkomendasikan antibiotik yang resisten terhadap beta-laktamase seperti golongan cefalosporin, amoxicillin-clavulanat, cloxacillin, dan dicloxacillin. Bila sudah terjadi Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) dapat menggunakan antibiotik alternatif seperti vancomisin, trimetropim/sulfametoxason, dan klindamisin. Eritromisin dan klindamisin juga dapat digunakan bila alergi terhadap penisilin.
- KOMPLIKASI
Komplikasi impetigo adalah sebagai berikut (Lewis dkk, 2010) :
1. Selulitis, limfangitis, limfadenitis supuratif, dan staphylococcus scalded skin syndrome.
2. Acute poststreptococcal glomerulonephritis (APSGN).
3. Scarlet fever.
4. Osteomielitis dan septik artritis.
5. Pneumonia.
6. Septikemia.
7. Gutate psoriasis.
8. Demam rematik.
- PROGNOSIS
Penyembuhan spontan jarang terjadi. Bila tidak diobati, beberapa lesi mungkin sembuh spontan, sementara lesi baru muncul di tempat lain pada tubuh. Resolusi lesi biasanya terjadi setelah 7-10 hari perawatan. Bila lesi tidak sembuh dalam waktu 7-10 hari dengan terapi antibiotik, maka harus dilakukan kultur jaringan untuk mencari organisme yang resisten (Amini dkk,2011).
- PREVENTIF
Menjaga kulit tetap bersih adalah jalan terbaik untuk menjaga kulit tetap sehat. Obati luka terbuka, gigitan serangga dan bentuk luka lain secara benar dengan membersihkan area yang terluka dengan menggunakan antiseptik (Kompas, 2010).
Jika seseorang dalam keluarga memiliki impetigo, lakukan tindakan berikut untuk mencegah penularan (Kompas, 2010) :
1. Cuci area yang terinfeksi dengan sabun lembut dan air mengalir.
2. Cuci pakaian yang terinfeksi setiap hari dan jangan berbagi penggunaannya.
3. Gunakan sarung tangan ketika menggunakan salep antibiotik dan segera cuci tangan setelahnya.
4. Potong kuku anak yang terinfeksi untuk menghindari kerusakan kulit akibat menggaruk area yang terinfeksi.
5. Cuci tangan secara teratur.
6. Jaga anak tetap dirumah sampai dokter mengizinkan keluar.
REFERENSI :
Amini, S., Elston, D. M. 2011. Dermatologic Manifestations of Impetigo. Diakses tanggal 11 Oktober 2011. http://emedicine.medscape.com/article/1052709. Update tanggal 27 Juli 2011.
Djuanda, Adhi. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin: Pioderma. Jakarta : FKUI.
Lewis, L. S., Steele, R. W. 2010. Pediatric Impetigo. Diakses tanggal 11 Oktober 2011. http://emedicine.medscape.com/article/965254. Update tanggal 30 Maret 2010.
Kompas. 2010. Impetigo. Diakses tanggal 11 Oktober 2011. http://health.kompas.com/direktori/yourbody/158/Impetigo#.Safitri, Amalia. 2005. Lecture Notes Dermatologi: Infeksi Bakteri dan Virus. Jakarta : Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar